Story

"Lu yakin mau curhat soal cinta?"
"Iya. Gua serius. Lu kira gua punya tampang PHP?"
"Maksud lu?"
"Ya orang yang Pemberi Harapan dan Pembohong?"
"Itu singkatan PHP versi mu?"
"Apa lu kata ah. Yang jelas. Gua ogah deh sama yang namanya cinta. Sebenernya sih uda dari tujuh tahun lalu gua ngga percaya yang namanya cinta. Dan buat gua semua laki-laki itu sama."
"Weist.. lu yakin? ini pernyataan dari hati lu? bukanya lu udah pernah jatuh cinta? uda pernah punya pacar juga?"
"Iya. emang gua jatuh cinta 3 kali. Yang pertama tu cinta monyet gua pas SMP. Gua jatuh cinta sama suara dan mata coklatnya dia. tapi dia jadi pacar tetangga gua. gua sadar diri tetangga gua cantik banget. Yang kedua gua jatuh cinta pas SMA. Sama gua terpesona sama mata coklat dan suaranya. Berondong gitu dia, lagi-lagi jadi pacarnya tetangga gua. gila nggak.... Keduanya tetangga gua yang dapet. apes tau nggak gua."
"terus yang ke tiga?"
"Hmm... dia sekarang uda punya pacar tunas muda. Sukanya yang imut-imut mungkin. yang bisa dirayu. Yang bisa diatur dan dikendalikan. gua kan sukanya ngatur dan liar hobi ngacak-acak. gua kan juga empunya tampang tua. Cantikan dia juga. sadar diri gua. cowok emang lebih suka sama cewek yang mau ditenteng di gandeng di bonceng. itu bukan gua."
"Nasib lu jelek ternyata."
"Nggak juga. gua bersyukur. mereka semua cowok yang sukanya pacaran doang."
"Maksudnya?"
"Ah. bego amat sih lu. kalo dia serius mah bukan cuma dipacarin."
"eh... elu iri aja tuh."
"Bodo amat. Gua mutusin pacar gua terakir tu salah satu alasanya biar gua nggak dipacarin mulu kok."
"Lu pengen nikah ceritanya?"
"Nggak. Gua bisa hidup sendiri."
"Itu tadi??"
"Gua cerita yang lalu. Sebelum gua mutusin buat hidup sendiri."
"Gila lu..."
"Emang."
"Ntar dulu.... Tipemu sama ya? Punya mata coklat dan suara bagus."
"ea... lagi lagi gua jatuh cinta karena itu."
"terus pacarmu? eh... mantan pacarmu? kamu punya empat kan?"
"kok lu tau? ah mereka itu takdir yang membelajarkan gua aja. pernah sih berharap buat jadi istrinya si pacar terakhir. tapi entah. nggak jadi. Gua minta putus setelah selama hampir setengah tahun aku kasih toleransi."
"Terus pacarmu cuma pelarian dong."
"Ya ngga lah. lu gila pa? gua ngga se brengsek itu kali."
"Ntar dulu. terus gimana ceritanya kok serumit ini?"
"Yang jelas. gua nggak jadi pacarnya orang yang bikin gua jatuh cinta. pacar-pacar gua itu takdir aja jalan bareng ma gua. Pelajaran buat gua bukan pelarian. Terus tampang gini gua setia dan jujur men sama pacar gua dulu. Gua mutusin pacar yang pertama dan kedua karena ortu gua nggak suka sama mereka. pacar ke tiga gua karena gua mau ngejar study. terus yang terakhir... tadi uda gua ceritain kan???"
"Terus kenapa lu bilang gak percaya cinta ga percaya laki-laki? Itu pernyataan bodoh klo lu pernah cinta-cintaan."
"Karena itu semua gua semakin mantab buat bilang cinta laki-laki itu semu."
"Wah.. semakin ngawur lu. semua ceritamu tu ngga nyambung. lu tu cuma stres gara-gara cinta. ugh. parah ini."
"Hmmm.... lu ngga bakalan ngerti pa yang gua pikir. males juga ngejelasin sama lu. ada kisah mendasar yang bikin gua bilang gitu. selama ini kisah cinta gua seperti jalan. Jalan dimana gua mengembalikan semua pemikiran sehat tentang cinta. tapi hasilnya jelas bukan NIHIL."
"jadi?"
"Jadi pemikiran gua sejak bertahun-tahun yang lalu itu benar."
"Terserah lu kata ah."


Komentar