Langitpun menangis,
Seiring rerintik air
membasahi sisa-sisa debu,
kau tetap berdiri
tegak bersama kekosogan,
Wajahmu yang lusuh
tersapu usia,
hari-harimu yang sepi
termakan jaman.
Akankah mereka juga
iya?
Riuh celoteh ku bangun
disana,
Tepuk lagu juga
lantunan ayat-Nya,
Semoga tidak layu,
Hingga ku temukan penyangga,
agar kelak kau kokoh
berdri tegap,
Makmur lagi ramai akan
kehadiran orang-orang
yang mencinta lagi
merindumu.
Sungguh besar
kecintaanku padamu,
Akankah mereka juga
iya?
Ku Munajatkan sejuta
pinta,
untuk tanah ini,
untukmu,
karena-Nya.
Tertanda 19 Februari 2014 pukul 4:16
Komentar
Posting Komentar