Panggil dia Cahaya (Sebuah Kisah Fiksi)

Panggil dia cahaya. Seorang sosok yang mempunyai semangat juang tinggi. Tak pernah lelah dia mengarungi hidup. Semua yang ia inginkan di Amini oleh Sang Maha Pemberi. Keinginanya satu per satu tercapai. Itulah dia Cahaya, si pantang menyerah.
Upayanya membuahkan hasil. Bahkan tak hanya satu dua, di dapatnya kemenangan demi kemenangan. Dalam dirinya tertanam kuat keyakinan yang ia yakini. "Aku bisa merubah segalanya" itu yang terlisan dari hatinya.

Benar saja, banyak orang yang iri dan tak menyukainya. 
Dia mulai dipergunjingkan. Cahaya tak peduli. Cahaya semakin giat. Cahaya semakin yakin. Tertanam kuat dari hatinya. "Aku bisa membuktikan perkataan kaliyan salah, kaliyan salah... akan aku buktikan pada kaliyan semua. tunggu saja" Itulah yang Cahaya katakan setiap kali ia merasa asing dengan cemooh orang-orang disekitarnya. Benar. Dia pantang menyerah. Dia terus berusaha.  Cahaya berhasil membuktikan segudang ketercapaian yang mengagumkan. Dia pun berhasil. Tersenyum bangga atas pembuktian itu.

Waktu berlalu. Cahaya mulai dewasa. Tuhan mengirimkan orang-orang istimewa
yang semakin mendukung semangatnya. Semangatnya semakin membara. Dia berhasil di level yang mengagumkan. Prestasinya. Cita-citanya. Perjuanganya. Ia bisa memimpin di beberapa perusahaan. Ia mendapat banyak pujian. Ia dikenal. Ia tersenyum bangga.

Cahaya masih terus berusaha. Mimpinya semakin banyak saja. Ia mengupayakan banyak hal untuk banyak orang. Semakin ia tumbuh dewasa, keinginanya semakin luhur. Ia ingin memahamkan orang-orang yang dahulu mencemoohnya. Ia ingim membuktikan bahwa kaliyan salah. Harusnya begini. Harusnya begitu. Pahamlah kaliyan. ini yang benar. Itu yang benar.

Cahaya memperoleh banyak hal. Hampir semua keinginanya di kabulkan oleh Tuhan.

Panggil dia cahaya. Sudah beberapa tahun aku tak melihatnya. Ia seperti hilang dari peredaran. Entah apa yang terjadi padanya. Sangat lama aku tak melihatnya. Terakhir aku mendengar cerita tentangnya. tentang cahaya.
Seseorang mengatakan padaku, kini ia menepi di tepian lautan. pantai berpasir putih katanya.
"Kini cahaya menjadi pendiam." orang itu mengatakan demikinan. "Dulu dia suka membentak sekarang dia hanya tersenyum menatap ombak yang memecah karang. padahal dulu dia tak suka." Aku hanya mendengarkan.
"Cahaya kini mengagumi matahari senja dan selalu menunggu matahari terbit. Semangatnya hening. Entah apa yang terjadi padanya."
Aku terheran mendengar cerita orang itu. Ku temui Cahaya di pantai itu. Aku tak percaya ia meninggalkan banyak hal yang dulu dikejarnya mati-matian.
Tak ada satu jawaban yang aku mengerti. Cahaya hanya menjawabnya denga senyum penuh makna. Aku pun pergi meninggalkan pantai itu. Dari jauh dia berteriak sebelum aku pergi "Tak apa, aku baik-baik saja. Aku akan segera kembali ke kota dengan ketulusan".

Aku semakin heran. Entah apa yang terjadi padanya. Panggil dia Cahaya. Semangatnya yang membara.

Komentar